MAHITALA- UNPAR
Elbrus, Rusia. Langit di atas kepala begitu cerah membiru. Perlahan-lahan kami terus mendaki hamparan salju yang menanjak tajam. Hingga akhirnya hamparan es itu mendatar dan di ujung sana tergeletak pelat aluminium penanda puncak Gunung Elbrus (5.642 meter).
TANGERANG, WARTA KOTA - Pendakian Gunung Vinson Massif (4.892 meter), puncak tertinggi di Benua Antartika menjadi sasaran keempat Tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009-2012. Tim merasa beruntung karena mendapat tempat diantara hanya 200 orang per tahun dari seluruh dunia yang mendapat akses menjelajahi wilayah Antartika atau Kutub Selatan.
Hal itu diungkapkan manajer tim Julius Mario di sela pemberangkatan tim menuju Santiago, Cile, Minggu (28/11) pagi. Turut hadir melepas keberangkatan tim di Bandara Soekarno-Hatta sejumlah rekan, orangtua, dan kerabat dari Universitas Katolik Parahyangan. “Kami berharap semua rencana berjalan lancar dan bisa menjadi tim Indonesia pertama yang mencapai Vinson Massif. Kondisi tim baik, semua sehat termasuk peralatan untuk menghadapi suhu ekstrem di Kutub Selatan,” tutur Mario.
Tim ISSEMU yang didanai penuh oleh PT Mudking Asia Pasifik Raya beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Xaverius Frans (23/Ekonomi), Janatan Ginting (21/FISIP), Broery Andrew Sihombing (21/MIPA), dan alumnus Unpar Budi Hartono Purnomo (51). Selain itu, tim juga didampingi pemandu gunung dari Jepang Hiroyuki Kuraoka.
Pendakian Vinson Massif merupakan bagian dari rangkaian pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua (The Seven Summits). Sebelumnya tim telah menggapai puncak Carstenz Pyramid (4.884m) di Papua pada Januari 2009, dilanjutkan dengan Kilimanjaro (5.189m) di Afrika (Maret), dan Elbrus (5.892m) di Rusia (Agustus) pada 2010.
Ian, ketua tim mengatakan, dari Santiago mereka bergerak ke Punta Arenas sebagai titik tolak untuk terbang ke Patriot Hills, salah satu pintu gerbang penjelajahan di Kutub Selatan, menggunakan pesawat Ilyusin 76. Selanjutnya seluruh perbekalan dipindahkan ke pesawat Twin Otter untuk menuju basecamp dengan waktu penerbangan sekitar 1 jam 15 menit. Penerbangan menuju basecamp yang terletak di kaki Branscomp Glacier sangat bergantung dengan kondisi cuaca setempat. “Kalau semuanya lancar, dari basecamp ke puncak lalu kembali ke basecamp memakan waktu 15 hari. Kami harus sediakan waktu cadangan untuk mengantisipasi cuaca buruk,” tutur Ian.
Tim bergerak secara efisien dan mengangkut seluruh perbekalan dengan kereta salju serta ransel.
Benua Antartika dikenal memiliki cuaca ekstrem berupa angin dingin yang mampu menurunkan suhu hingga minus 40 derajat Celcius. Selain itu benua yang ditutupi salju abadi iklimnya sangat kering. Situasinya yang terisolasi jauh dari peradaban manusia menciptakan tantangan besar kesunyian dan keterpencilan.
Dari Antartika, tim melanjutkan pendakian ke Gunung Aconcagua (6.962m), puncak tertinggi di Benua Amerika. Tim mendaki gunung ini dari arah barat melaui rute Polish Original Glacier. Rute tersebut jauh lebih panjang daripada rute normal melalui Pampa de Lenas-Quebrada de Vacas.
Pemilihan rute tersebut dimaksudkan sebagai ajang latihan untuk menghadapi pendakian ke Puncak Everest (8.884m) yang ditargetkan pada April 2011. Pendakian melalui Polish Original Glacier diperkirakan memakan waktu 15 hari dan tim diperkirakan tiba kembali di Indonesia pada 28 Januari 2011.(max)
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/29/15240939/Tim.Mahitala.Menuju.Benua.Antartika-5
Hal itu diungkapkan manajer tim Julius Mario di sela pemberangkatan tim menuju Santiago, Cile, Minggu (28/11) pagi. Turut hadir melepas keberangkatan tim di Bandara Soekarno-Hatta sejumlah rekan, orangtua, dan kerabat dari Universitas Katolik Parahyangan. “Kami berharap semua rencana berjalan lancar dan bisa menjadi tim Indonesia pertama yang mencapai Vinson Massif. Kondisi tim baik, semua sehat termasuk peralatan untuk menghadapi suhu ekstrem di Kutub Selatan,” tutur Mario.
Tim ISSEMU yang didanai penuh oleh PT Mudking Asia Pasifik Raya beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Xaverius Frans (23/Ekonomi), Janatan Ginting (21/FISIP), Broery Andrew Sihombing (21/MIPA), dan alumnus Unpar Budi Hartono Purnomo (51). Selain itu, tim juga didampingi pemandu gunung dari Jepang Hiroyuki Kuraoka.
Pendakian Vinson Massif merupakan bagian dari rangkaian pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua (The Seven Summits). Sebelumnya tim telah menggapai puncak Carstenz Pyramid (4.884m) di Papua pada Januari 2009, dilanjutkan dengan Kilimanjaro (5.189m) di Afrika (Maret), dan Elbrus (5.892m) di Rusia (Agustus) pada 2010.
Ian, ketua tim mengatakan, dari Santiago mereka bergerak ke Punta Arenas sebagai titik tolak untuk terbang ke Patriot Hills, salah satu pintu gerbang penjelajahan di Kutub Selatan, menggunakan pesawat Ilyusin 76. Selanjutnya seluruh perbekalan dipindahkan ke pesawat Twin Otter untuk menuju basecamp dengan waktu penerbangan sekitar 1 jam 15 menit. Penerbangan menuju basecamp yang terletak di kaki Branscomp Glacier sangat bergantung dengan kondisi cuaca setempat. “Kalau semuanya lancar, dari basecamp ke puncak lalu kembali ke basecamp memakan waktu 15 hari. Kami harus sediakan waktu cadangan untuk mengantisipasi cuaca buruk,” tutur Ian.
Tim bergerak secara efisien dan mengangkut seluruh perbekalan dengan kereta salju serta ransel.
Benua Antartika dikenal memiliki cuaca ekstrem berupa angin dingin yang mampu menurunkan suhu hingga minus 40 derajat Celcius. Selain itu benua yang ditutupi salju abadi iklimnya sangat kering. Situasinya yang terisolasi jauh dari peradaban manusia menciptakan tantangan besar kesunyian dan keterpencilan.
Dari Antartika, tim melanjutkan pendakian ke Gunung Aconcagua (6.962m), puncak tertinggi di Benua Amerika. Tim mendaki gunung ini dari arah barat melaui rute Polish Original Glacier. Rute tersebut jauh lebih panjang daripada rute normal melalui Pampa de Lenas-Quebrada de Vacas.
Pemilihan rute tersebut dimaksudkan sebagai ajang latihan untuk menghadapi pendakian ke Puncak Everest (8.884m) yang ditargetkan pada April 2011. Pendakian melalui Polish Original Glacier diperkirakan memakan waktu 15 hari dan tim diperkirakan tiba kembali di Indonesia pada 28 Januari 2011.(max)
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/29/15240939/Tim.Mahitala.Menuju.Benua.Antartika-5
0 Comments:
Post a Comment